Wednesday, 28 October 2015

Mengenal Masalah Kelainan Kromosom Penyebab Keguguran




            Ratna sudah mengalami keguguran tiga kali semenjak hamil pertama. Ketika dia keguguran pada kehamilannya yang kedua, dokter menyarankan untuk tes toxoplasma. Namu hasilnya Ratna negatif toxoplasma. Diagnosa dokter sementara adalah rahim Ratna lemah. Pada kehamilan yang ketiga, dokter memberinya obat penguat kandungan. Agar Ratna tidak lagi mengalami keguguran. Namun ternyata perkiraan dokter salah. Ratna kembali mengalami keguguran. Akhirnya dokter meminta Ratna untuk menjalani serangkaian tes melihat kromosomnya. Selidik punya selidik akhirnya ditemukan juga penyebab Ratna keguguran. Ada kelainan kromosom yang dialami oleh Ratna. Hal inilah yang menyebabkan kasus keguguran yang terus dialami oleh Ratna.
            Dari sebagian kasus keguguran sebagian ada yang disebabkan oleh kelainan kromosom pada janin. Apa itu kelainan kromosom? Kelainan kromosom adalah salah satu masalah yang bertanggung jawab dengan adanya kasus keguguran. Terutama ketika janin masih berada pada usia tri semester pertama. Sebelum kita membahas tentang kelainan kromosom, ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu apa itu kromosom.

Keguguran : Penyebab, Tanda-Tanda Dan Cara Pencegahannya



            Bunga menangis sedih. Penantian selama satu tahun pernikahan akhirnya berbuah manis. Dari hasil tespck yang dilakukan pagi ini menunjukkan bahwa bunga sedang hamil. Garis dua pada tespack membuatnya tersenyum senang sekaligus menangis haru. Penantian panjang dan doa-doanya terjawab sudah. Setelah telat seminggu dari jadwal menstruasi yang seharusnya, Bunga dinyatakan hamil juga oleh pemeriksaan dokter kandungan. Meski usia kandungannya masih berjalan 5 minggu, namun cukup membuat Bunga dan suaminya menyusun nama untuk calon bayinya nanti.
            Namun apa daya manusia hanya berencana. Sedangkan tuhanlah yang menentukan. Selang dua minggu dari hari tersebut Bunga mengalami pendarahan yang disertai dengan gumpalan darah yang menyerupai hati ayam. Kareana Bunga panik, suaminya langsung membawa ke dokter. Dari pemeriksaan dokter Bunga dinyatakan keguguran. Dan janin yang dikandungnya terpaksa harus dikuret karena tidak mungkin bisa dipertahankan. Bagi bunga, sakit dibadan tidak begitu dirasa. Namun justru sakit pada hati yang membuatnya sangat terpukul dan kecewa.
            Kasus seperti Bunga banyak terjadi pada ibu hamil lainnya. Karena kasus keguguran mengancam pada 50% dari jumlah ibu hamil. Sebelum hal itu juga terjadi pada kita, ada baiknya terlebih dahulu kita mengetahui tentang penyebab keguguran, tanda-tanda keguguran dan bagaimana cara pencegahannya.

Cara Program Anak Kembar





            Bagi sebagian pasangan suami istri, impian mempunyai anak kembar adalah sesuatu yang menyenangkan. Pasalnya, meskipun semua pasangan suami istri berkesempatan mempunyai anak kembar, namun tidak semua pasangan suami istri dikaruniai anak kembar. Prosesntase kesempatan bagi pasangan suami istri akan mempunyai anak kembar lebih tinggi ketika salah satu keturunan mereka mempunyai gen kembar.
            Pada dunia kedokteran yang serba canggih seperti sekarang, akan terbuka banyak peluang bagi pasangan suami istri yang menginginnkannya meskipun tidak mempunyai riwayat keturunan kembar. Nah, cara apa saja yang bisa kita tempuh untuk mempunyai bayi kembar? Berikut ada beberapa cara yang bisa dilakukan sebagai jalan untuk program bayi kembar.

Makanan Yang Harus Dikonsumsi Dan Dihindari Saat Hamil





            Kehamilan adalah proses panjang yang menuntut seorang wanita untuk tetap menjaga kesehatannya. Kesehatan tersebut berkaitan erat dengan konsumsi makanan pada saat kehamilan. Karena, asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh ibu hamil tidak hanya untuk konsumsi dirinya sendiri. Namun juga untuk konsumsi bayi yang ada pada rahimnya. Untuk itulah sebaiknya ibu yang sedang hamil benar-benar memperhatikan asupan makanan yang dikonsumsinya. Makanan apa yang harus dikonsumsi, dan makanan apa pula yang tidak boleh di konsumsi.
            Di bawah ini ada beberapa macam makanan yang harus dikonsumsi selama kehamilan dan tidak boleh dikonsumsi selama kehamilan.
Makanan Yang Harus Dikonsumsi Selama Hamil :

Macam Kehamilan Abnormal



            Saat tes kehamilan membuktikan bahwa kita sedang memasuki awal sebuah masa kehamilan, bukan berarti kita bisa tenang-tenang saja. Karena, akan banyak hal yang menyebabkan sebuah proses kehamilan menjadi kehamilan yang tidak normal atau tidak pada semestinya. Hal inilah yang dinamakan kehamilan abnormal atau kehamilan yang tidak normal.
            Kehamilan abnormal biasa terjadi pada kehamilan trisemester pertama. Karena, pada trisemester pertama ada waktu yang penting dikarenakan pada trisemester pertama adalah waktu dimana terjadi pembentukan jaringan dan organ pada calon bayi. Sehingga, banyak hal berbahaya yang mengintai pada waktu tersebut. Termasuk resiko akan kehamilan abnormal. Ada beberapa kehamilan abnormal yang sering terjadi. Antara lain :

Penyebab Ketidaksuburan Pada wanita Dan Cara mengatasinya





            Wanita mana yang tidak ingin menjadi wanita sempurna? Dalam artian menjadi seorang istri, mengandung, melahirkan hingga menjadi seorang ibu bagi buah hatinya. Namun sayangnya, tidak semua wanita di dunia ini mempunyai kesempatan indah seperti itu. Ada banyak wanita di dunia ini yang harus menunggu bertahun-tahun setelah menikah untuk mendapatkan keturunan.
            Oleh karena itu, ketika telah melakukan hubungan sexsual selama setahun dan tidak menggunakan alat kontrasepsi ternyata belum juga hamil, maka dokter akan menyarankan untuk periksa kesuburan. Baik dari pihak wanita maupun pihak pria. Di bawah ini ada beberapa hal yang menyebabkan ketidaksuburan pada wanita.

Beberapa Hal Yang Mempengaruhi Kesuburan Pria





            Berbicara masalah sulitnya mendapat kehamilan, mungkin akan selalu dikaitkan pada pihak wanita. Dimana proses hamil, mengandung dan melahirkan memang menjadi tugas dan fitrah seorang wanita. Namun tahukah kita? Bahwa terjadinya kehamilan adalah buah dari kerja sama yang baik sepasang suami istri dalam menjalankan kehidupan sexsualitasnya. Sebagaimana seorang pria berperan memberi sperma yang berkualitas baik untuk sebuah proses fertilisasi. Sedangkan wanita mempunyai sel telur yang mana jika bertemu dengan sel sperma akan melebur dan menjadi bakan janin.
            Jadi, tidak adil rasanya jika sulitnya mendapatkan kehamilan hanya dibebankan pada pihak wanita saja. Karena, pihak pria sebagai penghasil benih atau sperma juga menyumbang banyak untuk sebuah proses kehamilan.
            Di bawah ini ada beberapa hal yang menyebabkan infertilitas atau ketidaksuburan yang terjadi pada seorang pria :

Tanda kehamilan Awal



Mempunyai buah hati yang lucu dan menggemaskan pastilah menjadi dambaan setiap pasangan pengantin baru. Karena salah satu tujuan pernikahan adalah untuk mempunyai keturunan dan meneruskan generasi. Hal itulah yang menyebabkan sebagian besar pasangan pengantin baru akan segera memulai program kehamilan setelah menikah.
            Terkadang, karena terlalu asiknya menikmati bulan-bulan awal pernikahan, jarang yang menyadari bahwa telah ada bakal janin pada rahim seorang istri. Ketidaksadaran tersebut juga dikarenakan oleh minimnya pengetahuan tentang kehamilan karena belum pernah mempunyai pengalaman menjalani kehamilan. Berbeda dengan wanita yang pernah menjalani kehamilan sebelumnya. Dimana, dia akan segera sadar ketika ada tanda-tanda kehamilan awal karena pernah mengalami sebelumnya.
            Bagi yang belum pernah mengalami sebelumnya, di bawah ini ada beberapa tanda kehamilan awal yang sering terlihat ketika ada bakal janin di rahim seorang wanita :

Thursday, 8 October 2015

Hidup Tanpa Media Sosial, Mungkinkah?


Aku dulu sering ketawa saat nenekku menjawab satu pertanyaan dariku "Kenapa orang jaman dahulu anaknya banyak-banyak?"
Sontak nenekku langsung menjawab polos "Jaman nenek dulu gak ada televisi. Jadi, satu-satunya hiburan tiap mala ya 'begituan'. . . "

Beberapa tahun lalu aku masih bisa menertawakan jawaban nenek yang kuanggap lucu yang bercampur dengan sedikit tabu. Namun sekarang, setelah menikah, aku tak lagi bisa menganggap lucu jawaban itu. justru itu memberi inspirasi bagiku untuk hidup dengan meminimalkan sosial media.
Sosial media? Apa hubungannya?

Wednesday, 7 October 2015

Man Are From Mars And Women Are From Venus






Oktober. . . . .
Genap satu tahun kami menikah. 19 oktober 2014 adalah moment yang paling bersejarah dalam perjalanan hidup kita. Saat ucap janji lantang terdengar di depan orang tua, wali, saksi dan para tamu undangan. Kami sah menjadi sepasang suami istri. Mulai detik itu, tidak ada lagi kata "aku" ataupun "Kamu". Karena semua telah melebur menjadi kata "Kita".

Benar apa yang dikatakan banyak orang. bahwa menikah seperti berjalan menuju sebuah gunung.

Friday, 15 May 2015

CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (17)





....... Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia (Dee) ........


            “Dengerin gue, Do.! Bukan maksud gue buntutin Lo sama cewek Korea tersebut. Sumpah demi apapun.! Gue ga sengaja.!”
            Dengan nada sedikit berbisik namun tegas karena takut terdengar oleh Elen dan yang lainnya, Arinda mencoba menjelaskan alasannya. Namun aku tidak percaya begitu saja. Aku membuang muka. Separuh agak marah. Separuhnya lagi agak heran. Kenapa tiba-tiba Arinda tahu semua tentang Yong Mi.
            “sejauh apa yang Lo tau tentang Yong Mi.”
            “Yong Mi hamil karena Lo. Dan dia ke Jakarta buat menuntut tanggung jawab Lo.”
            Aku menatap Arinda dengan tatapan tajam. Mataku merah. Nafasku agak memburu. Iya. Aku agak sedikit marah dengan sikap Arinda yang menurutku telah terlampau jauh mencampuri urusanku.
            “Sumpah Do.! Gue ga sengaja. Siang itu, gue diminta menjemput klien tante Ana di bandara. Karena menunggu jemputan agak lama, gue ngajak mereka minum sebentar di kafe dekat bandara. Kafe yang sama ketika Lo berdua ngobrol sama . . . .”
            “Yong Mi.”

Tuesday, 12 May 2015

CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (16)





....... Batas antara cinta dan keegoisan memang pudar, bias, bahkan nyaris tak terlihat ........


            “Do, Edo. . . . Kenapa melamun?”
            Aku melambaikan telapak tangan di depan muka Edo. Namun tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari segelas jus jeruk yang sejak tadi tak sedikitpun disentuhnya.
            “Do. . . .”
            Wajahnya sempurna membeku. Tatapannya bias. Sepintas terlihat kosong, namun aku yakin ada fikiran yang menyesak. Baiklah. Aku memutuskan menunggu sampai Edo sadar dengan lamunannya.
            Semenit. Dua menit. Tiga menit. Hingga sekian menit kemudian pandangannya tak beralih sedikitpun. Hingga tiba-tiba.
            “Elen, kita menikah sekarang. Hari ini juga. Kamu siapkan saksi. Aku siapkan mahar dan penghulunya.”
            Aku menelan ludah. Sedikit tersedak karena kalimat Edo yang tiba-tiba keluar dari goanya tak pernah terbayangkan sedikitpun olehku.

CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (15)




……. Apapun yang kau dengar dan katakan (tentang cinta), semua itu hanyalah kulit. Sebab, inti dari cinta adalah sebuah rahasia yang tak terungkapkan --Jalaluddin Ar-Rummi--  …….


            “Maafkan aku, Yong Mi. Selama aku diJ akarta, aku tidak mengaktifkan ponselku. Sehingga membuatmu harus repot-repot menyusulku ke Jakarta.”

            Yong Mi diam. Tak menjawab. Jelas sekali terlihat perasaan lelah yang tak bisa dia sembunyikan dari wajahnya. Perjalanan Seoul-Jakarta yang kurang lebih memakan waktu tujuh jam perjalanan udara, membuat rasa letih menggelayut di wajah ayunya.

            “Song Seung Hun, kau apa kabar?Sepertinya kau bertambah kurus.”

            Pipinya terlihat agak merah menggelembung. Sebuah pertanyaan yang aku tau, hanyalah sekedar basa-basi sederhana ketika hampir dua bulan lebih kita tidak bertemu. Atau, lebih tepatnya, kita nyaris tidak pernah berinteraksi lewat apapun.

            “Yong Mi, kau lupa?”

            Mataku mengerjap. Berharap Yong Mi ingat bahwa aku tidak terlalu suka jika dipanggil dengan nama Song Seung Hun.

            “Oh, maksudku Edo.”

            Jelas sekali Yong Mi manahan malu.

            “Edo, kau belum menjawab pertanyaanku. Bagaimana keadaanmu?”

CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (14)





 ……. Ada kalanya, hidup bukanlah sebuah masalah yang harus dipecahkan. Melainkan sebuah kenyataan yang harus dihadapi …….


            “Apa kau bilang? Kang Yong Mi sedang dalam perjalanan ke Jakarta?”

            “iya. Baru saja lima menit yang lalu pesawatnya berangkat.”

            “Dong Jung, kau jangan bercanda.”

            “Song Seung Hun, kau lihat jam di dinding kamarmu. Jam berapa sekarang?. Kau pasti belum bangun. Sekarang aku masih di bandara. Tadi Yong Mi memintaku mengantarnya di bandara.”

            Aku menguap malas. Melirik ke arah jam dinding di kamarku. Pukul 08.05. Di Seoul sekarang pukul 10.05. Dua jam lebih cepat daripada waktu Indonesia bagian barat.

            “Berapa kali kubilang, jangan panggil aku Song Seung Hun. Cukup sulitkah untuk mengucap nama asliku?. Edo.”

            Aku menghembuskan nafas kesal dengan sikap Kyung Dong Jung yang sepagi buta ini menelphonku. Ditambah lagi memanggilku dengan nama korea yang tidak aku suka. Song Seung Hun. Mentang-mentang potongan rambutku mirip artis korea yang bernama Song Seung Hun, pemeran Chui Joon Suh dalam serial drama korea ‘Endless Love’.

            “Baiklah, baiklah. Oppha Seung Hun. Eh? Maksudku Kakak Edo.”

CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (13)






……. Cinta bukanlah sebuah dependensi. Melainkan sebuah keutuhan yang terbagi –Dewi Lestari-- …….

            Jika bisa dideskripsikan, entah sebesar apa kekuatan cinta itu berwujud. Jika seorang Julius Caesar dan Agustinus yang gagah perkasa tak berdaya di bawah tekanan cintanya terhada Cleopatra. Jika Adolf Hitler yang dianggap penjahat perang dengan rezim Nazinya tega membunuh orang-orang Yahudi pun sering tertunduk diam dan tidak berani menyahut saat bersitegang dengan Eva Braun, Istrinya.

            Pun apabila Napoleon Bonaparte rela mengorbankan popularitasnya demi cintanya pada Margareth Yoseppian. Jika Senator Garry Hart dari partai demokrat di AS terpental dari pencalonan kursi kepresidenan karena cintanya pada Donna Rice. Jalaluddin Ar-Rummi rela menghambakan diri demi cintanya pada tuhannya. Atau bahkan, seorang Adam yang telah diberi hak oleh tuhan untuk menempati surga, berani mendekati buah terlarang atas permintaan Hawa yang semua itu tetap mengatasnamakan cinta.

            Sekarang, di rumahku, Edo dan Evan, dua putra kandungku yang sangat kucintai harus rela menjadi bukti bahwa kekuatan cinta itu seperti pisau. Saat kita memegangnya erat-erat, dia akan berbalik menjadi melukai.

            “Ma…”


CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (12)




……. Kukira, ini tak lagi sekedar ‘jatuh’ cinta. Namun, perasaan ini telah terjun bebas, nyungsep, terpelanting, hingga tenggelam dengan gaya batu. Bahkan ketika aku telah tahu, bahwa cinta dan cemburu tak perlu sampai buta. Cukup sebatas rabun …….

            Ruang tamu yang tak ubahnya seperti ruang pengadilan. Dan aku duduk bersama Elen di ‘sofa pesakitan’.

            Evan sejak tadi membuang muka. Duduk sendiri di pojok ruangan dan tak mau sedikitpun melihatku. Apalagi menyapa. Aku sudah merasa perubahan seratus delapan puluh derajat dengan sikapnya beberapa hari yang lalu. Aku paham itu. Aku mengerti itu. Semua kesalahan, mungkin bisa dimaafkan. Kecuali penghianatan dan Perselingkuhan.

            Di depanku sudah duduk berdampingan Mama dengan Papa. Sedangkan di samping kiri, ada Mama dan Papa Elen. Beberapa jam yang lalu, Mama memberitahu. Akan ada rapat keluarga antara keluargaku dengan keluarga Elen. Elen beserta kedua orang tuanya akan datang ke rumah. Aku bisa menduga. Ini tidak hanya sekedar rapat keluarga seperti biasa untuk membicarakan rencana pernikahan Evan dan Elen. Lebih dari itu. Karena Mama bilang, aku harus terlibat. Tak perlu bertanya lebih lanjut pada Mama. Aku hanya bisa mengangguk. Mengiyakan. Menuruti saja apa kata Mama agar aku ikut serta.


CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (11)




……. Keputusan tersulit yang harus kubuat adalah ketika aku terlalu lelah untuk bertahan, Tapi perasaan ini seperti tali yang terus mengikatku untuk tetap mencintai tanpa mau melepasnya …….

            “Van, Semua orang juga tau, mungkin mereka akan mati besok. Tapi tidak ada satupun yang duduk diam menunggu kematian.”

            Aku mengabaikan begitu saja omelan Arinda yang sejak tadi seperti caleg sebuah partai peserta pemilu yang sedang kampanye di alun-alun kabupaten saat melihatku duduk lemah di sofa dengan semangat yang nyaris habis. Aku memilih untuk diam. Sebenarnya, ada banyak hal yang harus kuselelsaikan minggu ini. Menjelang hari pernikahanku dengan Elen yang tinggal sebulan lagi. Tapi apa yang bisa kulakukan dengan kondisiseperti ini?.

Setelah aku mengetahui tentang hubungan antara Edo dan Elen, semua membuatku bungkam. Menutup mulut untuk berkomentar dan memberikan jawaban pada siapapun yang bertanya. Entah itu Mama, Papa, Tante Ita, dan sekarang Arinda. Seseorang yang tadinya mau kita jodohkan sama Edo, saat ini terpaksa menjadi tempat curhatku.

            “Eh, Lo ga ngantor?”

            “Ini hari minggu, Rin…” Kujawabsekenanya.

            “Oh ya, gue lupa…”

CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (10)




……. Bagiku, cinta adalah keberanian, komitmen dan konsekuensi. Keberanian untuk mengambil keputusan bahwa aku mencintaimu, sekaligus keberanian untuk berkomitmen menanggung segala konsekuensi resiko atas keputusan tentang cintaku tersebut …….


            Menjalani cinta bersama Edo secara diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun seperti berjalan pada bentangan waktu yang melaju kilat. Tak terasa, semua ini berlalu begini adanya. Evan yang masih menyelesaikan sisa kerjaannya di Tokyo masih rajin menghubungiku. Baik keluargaku maupun keluarga Evan juga masih disibukkan dengan persiapan pernikahanku dengan Evan. Entah pernikahan itu akan terjadi atau tidak, aku tak pernah berfikir rumit. Bagiku sekarang adalah sekarang. Bersama Edo, seperti menemukan secuil cinta dan waktu yang selama ini kucari.

            “Kamu tidak khawatir dengan resiko apa di belakang nanti?”

            Suara lembut yang datar Edo memecah sunyi yang sejak tadi membungkus dalam dekap peluknya.

            “Resiko apa?”

            “Jika Evan tau semua ini. Jika keluarga  mengetahui tentang hubungan kita”

            “Entahlah. Aku tau semua ini tidakmasuk akal.” Sejenak aku melepaskan pelukan Edo “Ya. Memang tidak masuk akal. Karena sejak dulu, cinta memang tidak pernah masuk akal”

            Edo membelai lembut pipiku. Mendekatkan wajahnya tepat di depan mataku. Bahkan, hembusan nafasnya pelan terasa memberikan magnet agar aku semakin nyaman mendekatkan wajahku kewajahnya.

            “Elen, setidakmasuk akal apapun tentang cinta, perasaan selalu butuh kehormatan”

            Senyumku tiba-tiba terasa pias.

CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (9)




……. Tak masalah.! Karena bagiku, semua sah dalam perang dan cinta …….


            “Ada cinta lain di hatimu?”

            Aku tersentak. Dan tidak pernah menyangka, Edo akan bertanya seperti itu.

            Diksi bahasa yang sederhana dan apaadanya. Tapi diucapkan dengan nada pelan namun berkekuatan. Pelahan aku mencoba menggerakkan kelopak mataku. Memberanikan diri untuk menatap sepasang mata yang aku tau, sejak tadi tajam melekatkan pandangan matanya di mataku.

            Tidak bisa.!

            Kelopak mataku terlalu berat untukbisa sedikit saja memberi celah pada retina mataku agar bisa membalas tatapannya. Edo semakin mendekatkan wajahnya ke wajahku. Hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang seketika itu mengikatku pada sebentuk rasayang sulit kujelaskan devinisinya.

            Aku masih mencoba mengelak. Bukan bermaksud menghindari tatapannya. Hanya mencoba menghindari perasaanku sendiri dengan cara menghindari pandangannya. Percuma.! Edo memegang lembut daguku tepat ketika aku mencoba membuang padanganku ke samping. Mencoba menghindari tatapan matanya.

            Ritme debaran jantungku semakin tak beraturan. Namun, mata Edo seperti membahasakan sesuatu yang membuatku sedikit nyaman.

            Tenang.! Aku tidak akan menyakitimu. Aku ada untuk mendengar semua jeritmu. Aku ada untuk bisa merasakan semua rasamu. Karena kita tidak akan pernah tau apa yang kita rindukan sampai sesuatu itu tiba didepan mata kita.


CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (8)




……. Jika hidup adalah sebuah proses belajar, mungkin aku memang harus belajar hal yang paradoks dalam satu waktu. Belajar untuk mencintaimu sekaligus belajar untuk melupakanmu …….

            “Apa? Hari ini? Apa tidak bisa ditunda besok? Besok pagi-pagi dengan pesawat paling pagi saya bisa langsung ke Tokyo…. Tapi, ini hari minggu…. Ok. Baiklah. Atur semua akomodasinya. Dua jam lagi saya sampai bandara.”

            Aku menutup sejenak Koran pagi yang sedang kubaca. Mengernyitkan dahi dan mengalihkan pandangan pada Evan yang sedang gusar sejak lima menit yang lalu. Gerak tubuhnya tak bisa diam. Berkali-kali memencet HP. Menghubungi beberapa orang yang berbeda dengan nada keberatan namun tak bisa menolak.

            Setelah mematikan telephon terakhirnya, Evan nampak benar-benar menekuk muka dengan lipatan yang kusut. Kemudian menghempaskan tubuhnya di sofa dengan hembusan nafas kesal.

            “Kenapa Lo?”

            Evan melirikku sebentar dan menatapku dengan pandangan seadanya. Seakan tidak menghiraukan pertanyaanku karena fikirannya sibuk berada ditempat lain.

            Aku mengendus nafas pelan. Setelah menyadari Evan sama sekali tidak menghiraukan pertanyaanku. Malah kembali memencet HP, mencoba menghubungi seseorang, namun akhirnya kembali mematikan HP setelah tidak ada jawaban dari yang dihubunginya.

            “Gue harus ke Tokyo hari ini.”

            Akhirnya Evan menjawab pertanyaanku. 

CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (7)





……. Jika mawar itu berduri, tusuklah aku dengan duri itu hingga merah darahku. Agar aku bisa terbangun pada kenyataan bahwa aku tidak mungkin memilikimu …….

            “Hallo, iya Van… Lha kenapa?... Oh? Kalau sakit jangan dipaksa. Kamu sekarang dimana?.... Ok. Langsung ke Butik Tante Ita aja ya. Ini Mama, Papa dan Edo dalam perjalanan ke sana. …. Iya. Papa ikut. Katanya bosen di rumah terus. … Ok, Mama tunggu ya…”

“Kata Evan, Elen agak ga enak badan. Jadi, ga bisa ikut ke acara kita.”

Mama menjelaskan setelah menutup telephone dari Evan. Aku melirik kaca kecil depan mobil, melihat bayangan mama yang duduk dibangku belakang. Beberapa detik sejenak melupakan konsentrasiku menyetir.

Papa yang duduk di bangku depan, sebelahku juga menoleh ke belakang.

“Emang Elen sakit apa?”

“Kata Evan agak meriang dari kemarin malam. Tapi ga mau diajak ke dokter. Katanya cuma flu ringan.”

Aku melihat arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiriku. Tepat pukul 19.05. Menekan gas mobil lebih dalam. Pandanganku lurus menatap jalanan. Lampu jalan dan kendaraan yang lewat bergantian lembut menyiramkan sinarnya. Seperti ada supply semangat yang dipompa. Baiklah.!

“Edo,,, nyetirnya jangan terlalu kencang.” Reflek, Papa mengingatkan.


CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (6)



……. Sampai kapanpun dunia tidak akan pernah bisa mendevinisikan kata “cinta” secara pasti. Karena, cinta ada bukan untuk diartikan. Hanya cukup untuk dirasakan …….

            “Van, tolong. Sekali ini saja. Biarkan aku istirahat. Aku hanya ingin sendiri.”

            “Tapi Elen, Mama -----“

            “Biar aku yang telephone mamamu. Minta maaf kalau malam ini aku ga bisa datang.”

            Dengan cepat kuraih handphone di saku baju. Cekatan mencari nomor HP mamanya Evan. Bahkan, sebelum sampai aku menemukannya di memory card  HPku, Evan buru-buru memegang tanganku. Dengan kibasan kecil agar aku mengurungkan niatku.

            “Biar aku sendiri yang bilang sama Mama”

            Aku menghentikan jari-jari dari bergerilya pada layar ponsel. Menuruti apa kemauan Evan.

            “Kamu kenapa? Ada masalah?”

            Telapak dan jemari tangan Evan lembut membelai rambutku. Satu hal yang paling kusuka. Belaian yang menenangkan. Belaian yang sejujurkan kurasakan sangat memanjakan. Tapi ----, Entahlah..!

Aku menggeleng.

“Aku hanya butuh sendiri dulu, Van. Hanya itu.”

“Tapi----“


CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (5)




……. Berharap cinta di matamu,seperti membangun mimpi pada fondasi yang telah rapuh…….

            “Lagi menikmati hujan, Van?”

            Aku sedang berdiri di dekat jendela kamar, menatap rinai hujan di luar, Bang Edo tiba-tiba datang mengagetkanku dari belakang.

            Aku menoleh sebentar ke belakang. Melihat Bang Edo yang sedang berdiri di pintu kamarku dengan pandangan seadanya. Dan tersenyum seadanya.

            “Gue boleh masuk ga?”

            “Masuk aja Bang.”

            Bang Edo masuk, kemudian berdiri di sebelahku. Mengikutiku menatap lamat-lamat rinai hujan di luar jendela.
Lo dapat tugas dari bos Lo? Ngitungin jumlah air hujan yang turun malam ini?”

Dengan pandangan yang masih terus menatap hujan. Aku tersenyum seadanya. Agak kurang berminat menanggapi obrolannya.

“Cuma pengen melihat hujan aja, Bang”

“Van,Lo tau ga? Kenapa orang-orang pada lari ketika hujan datang. Lari menyelamatkan diri dari guyuran hujan dan mencari tempat berteduh?”

Aku tetap terdiam. Menggeleng pelan. Masih malas dengan semuanya.


CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (4)



……. Bagiku, mungkin cinta itu seperti hujan. Yang tidak menjanjikan hanya turun di satu tempat. Yang tidak menjanjikan hanya hadir di satu waktu. Dan tidak pula mengikrarkan hanya  jatuh di satu hati …….


            “Aku agak ga enak badan, Van”

            “Kenapa? Kamu sakit? Udah periksa kedokter?

            “Ga papa. Cuma sedikit meriang. Ga perlu periksa ke dokter.”

            Semoga Evan tidak tau. Kalau aku hanya berpura-pura. Tidak benar-benar sakit. Aku hanya mencari alasan agar aku bisa menolak ajakan Evan ke butik Tante Ita untuk melihat kembali design baju pengantin kita.

            “Gini aja. Malam ini aku antar kamu ke dokter. Setelah dapat obat, minum obat, terus tidur. Kalau cuma meriang biasa, di kasih obat antibiotic beso kbisa sembuh.”

            Aku tau, Evan tidak akan menyerah begitu saja dengan alasanku. Bagi dia, persiapan pernikahan kami begitu penting. Apalagi ini menyangkut gaun pengantinku.

            Aku menarik nafas panjang.

CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (3)




……. Jika kita tidak bisa menolak sesuatu, bukan berarti kita harus menerimanya seratus persen. Termasuk cinta,hati dan perasaan …….

            Lima tahun di Seoul, bukan berarti aku melupakan Jakarta. Tempat kelahiranku. Dari balkon lantai dua rumah yang terletak persis di depan kamarku, aku bisa menyaksikan kerlip lampu padatnya kota Jakarta. Jakarta yang mungkin memang tak seindah kota Seoul. Ibu kota Korea Selatan. Namun, bagiku, Jakarta tetap kota magnet yang selalu menarik rasa rindu untuk bertemu.

            “Melamun saja, Do…?”
            Suara Mama mengagetkanku. Dengan segelas susu hangat berada di tangannya.

            “Mama kira kamu sudah tidur. Tapi, sewaktu Mama naik, dan melihat lampu kamarmu masih menyala, Mama tau kamu pasti belum tidur. Sengaja Mama bawakan susu hangat kesukaanmu.”

            Aku membalas senyum Mama. Senyum yang masih sama. Sama seperti tiga puluh tahun yang lalu. Saat aku masih berumur lima tahun. Sebelum tidur, Mama selalu menyempatkan menengokku dikamar. Membawakan segelas susu, mengingatkanku sikat gigi. Sampai membacakan dongeng sebelum tidur saat malam telah larut, namun aku belum bisa juga untuk memejamkan mata.

CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (2)




……. Hati tidak memilih. Hati dipilih. Karena hati tidak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh…….



Sebuah pesan singkat masuk di Handphoneku. Dari Evan.

Elen, sekitar jam tujuh malam, aku menjemputmu. Kita mau ke butik tante Ita. Teman mama yang akan mendesign baju pengantin kita.

            Aku melempar begitu saja handuk diatas tempat tidur. Mandi pagi yang menyenangkan. Setelah bertahun-tahun selama masih disibukkan dengan aktivitas di bekerja di kantor, pergi pagi-pagi sekali dan pulang sudah agak larut malam, hanya seminggu sekali bisa menikmati memanjakan diri dengan mandi pagi sekitar pukul Sembilan. Di hari minggu. Atau di hari libur kantorku lainnya. Kantorku, yang dikatagorikan PMA, Penanaman Modal Asing, dimana pemiliknya adalah orang-orang dari Jepang yang terkenal disiplin tinggi. Selalu mengharuskan karyawannya untuk disiplin waktu. Harus sudah sampai di kantor lima belas menit sebelum jam masuk.

            Dengan kemacetan sekelas kota besarseperti Jakarta, memang perlu perjuangan keras untuk bisa datang tepat waktu dikantor. Tapi, setelah aku memutuskan untuk menerima tunangan Evan, yang berarti juga menerima Evan untuk menjadi suami sekaligus imam hidupku kelak, aku menuruti saja satu permintaan Evan.

            “Elen, aku masih bisa membiayai hidup kita. Hidupmu juga. Kelak, ketika kita sudah menikah, aku hanya minta, jalankan peranmu sebagai istri dan ibu rumah tangga yang baik. Biar aku yang mencari nafkah. Dan bertanggung-jawab atas semua ekonomi keluarga kita.”

            “Tapi, Van…”

CERBUNG : SUJUD CINTAKU DI MIHRAB TAAT (1)



…....... Sebuah perjalanan hati, bukan berarti tanpa resiko –dee--…......

Mungkin inilah devinisi kongkret kata penyesalan.

Senja masih luka dengan jingganya. Jingga yang tak biasa. Jingga yang pedih. Dan jingga yang tak pernah memberi kesempatan pada matahari untuk sebentar saja kembali menghangat. Yang ada, hanyalah kesempatan bagi matahari untuk tenggelam.Meyusun gelap.

“Maaf, Elen. Semuanya sudah berakhir. Bukankah kamu sendiri yang menginginkan ini?”

Evan menatap mantap. Mantap untuk menyudahi semuanya. Mantap untuk menganggap semua adalah masa malu. Masa yang paling jauh. Masa dimana kita tidak mungkin bisa kembali lagi ke sana. Dengan apapun usaha yang akan kita lakukan. Bukan kita. Lebih tepatnya, aku. Untuk memperbaiki semuanya. Memperbaiki hubunganku dengan Evan yang telah kucabik-cabik sendiri.

“Kamu masih mencintaiku, Van..?”
Pertanyaan yang memelas.

CERPEN : KAMAL KAMALIA


Tak banyak yang berubah dari putraku. Dia tetap Kamal yang dulu. Akhmad Kamaludin. Begitulah ayahnya dulu memberi nama. Atas  usulan kakeknya yang tidak lain adalah mertuaku sendiri. Buah hatiku yang terakhir kulahirkan dari kelima anak yang telah gusti Alloh amanahkan padaku. Tak terasa sudah dua puluh lima tahun lebih dia memberi warna pada hidupku. Pendar warna yang teramat indah. Layaknya pelangi yang menyapa setelah badai dan hujan menerpa. Badai atas perceraian antara aku dan suamiku sekitar dua puluh tahun yang lalu.

CERPEN : SAAT CINTA MENJATUHKAN PILIHAN-NYA PADAMU


“Kamu itu terlalu pemilih Ri….”
Celetuk Faza sambil meletakkan majalah keluarga islam yang sejak dari tadi dibacanya. Wajahnya berganti melempar pandang, di mataku.
“Mana ada manusia di dunia ini yang sempurnya….??? Rasul aja manusia paling mulia di hadapan Alloh tidak pernah mendapat istri yang sempurna”
Sejenak aku terdiam.                                          
“Khadijah…??? Istri pertama beliau. Cantik, kaya, juga terhormat. Tapi ingat….!!!! Perbedaan umur mereka terlalu jauh. Ketika menikah, Rasul berusia 25 tahun. Sedangkan Hadijah sudah berumur 40 tahu. Janda lagi…!!!”
Aku masih diam dengan membawa tundukan kepala, menatap pandang ke lantai bawah.
“Aisyah….???? Cantik, cerdas, dan umurnya jauh di bawah Rasul. Tapi, Aisyah juga punya kelemahan. Pencemburu yang teramat sangat.”
Faza terus bercerita layaknya seorang ibu yang menasehati anaknya. Meski sebenarnya Faza adalah sahabatku sejak di kampus dulu. Sejak sepuluh tahun yang lalu.
“istri-istri beliau yang lain……???????? Kebanyakan janda…!!!”
Suara Faza agak keras. Bukan sebuah nada marah. Tapi penekanan.
Sedangkan aku masih tertunduk sepi.

CERPEN : UNGU VIOLETTA


Entah kenapa aku begitu menyukai warna ungu. Warna yang tidak banyak disukai oleh orang lain. Biasanya, warna yang banyak disukai seorang perempuan adalah pink. Sebuah simbul kefeminismean begitu kental dalam warna pink ini. Identik dengan sifat wanita yang cenderung lembut. Sedangkan bagi laki-laki, lebih cenderung pada warna biru. Yang identik dengan sifat maskulin.
            ‘Ayu Violetta’. Itu adalah nama lengkapku. Nama yang diberikan kedua orang tuaku ketika aku lahir. Violetta berasal dari kata violet. Warna ungu yang beraksen ungu tua. Tapi, bukan berarti, kesukaanku pada warna ungu karena kata ‘violetta’ mengekor pada nama lengkapku. Aku suka ungu karena aku benar-benar menyukainya. Tapi, jika aku sempat bertemu dengan seseorang yang mengenakan pakaian warna ungu, sebuah kesan elegan, tegas, namun penuh kelembutan dan kasih sayang.
            Berbagai berita miring tentang warna ungu sering kali kudengar. Dari sebuah berita di Thailand bahwa warna ungu digunakan pada saat berkabungnya para janda. Dari sinilah kesan bahwa warna ungu banyak disebut orang sebagai warna ‘janda’. Beberapa orang malah berpendapat bahwa Ungu adalah campuran warna panas dan dingin, sebagai refleksi dari merah dan biru, karena itu warna ini merupakan refleksi dari kehangatan dan kesejukan.

CERPEN : BENING CINTA DI HATI SALMAN


“Melamun apa Sal????” Suara Mas Fauzan tiba-tiba mengagetkanku.
Aku hanya bisa tersenyum menanggapi tepukan tangannya di lenganku.
“Kangen keluargamu di rumah?”
Sekali lagi aku hanya bisa tersenyum kecil mendengar pertanyaan Mas Fauzan.
“Atau, kamu kangen sama kekasihmu di Jakarta? Hehehe….”
“Mas Fauzan ini ada-ada saja.” Akhirnya aku angkat bicara juga.
“Aku kan belum punya istri Mas,,,”
“Yah….. Kali saja kamu punya kekasih semacam ‘pacar’ di Jakarta”
“Hehehehe… memang islam memperbolehkan kita pacaran ???????” Kilahku menanggapi godaan Mas Fauzan.
“Siapa bilang ndak boleh??? Menurutku boleh-boleh saja. Tapi pacarannya setelah nikah. Hehehehe…”

CERPEN : PERMINTAAN IBU


“Dengarkan permintaan ibu Nak….!!! Manikahlah dengan Elisa…!!!!!!!!”
Suara ibu parau. Sedangkan tatapan matanya lekat jatuh tepat di retina mataku. Tatapan mata yang sungguh tajam. Setajam permintaannya kali ini. Sedangkan aku hanya bisa terdiam tanpa bisa melakukan apapun.
“Asrul… Pak Mahmud benar-benar menginginkanmu untuk jadi menantunya. Menjadi istri Elisa…..!!!!!!!”
Dan untuk kesekian kalinya aku hanya terdiam dalam tundukku. Benar-benar tidak tahu harus menjawab apa mengenai semua bahan pembicaraan ibu.
“Anggap saja ini permintaan ibu yang terakhir. Dan ibu sangat berharap kau bisa melakukannya.”
Kata-kata ibu menutup pembicaraan malam ini. Kemudian beranjak dari duduknya dan berlalu dengan meninggalkanku yang masih terus duduk terdiam. Tanpa bisa mengeluarkan satu katapun dari lisanku.

CERPEN : AKU HANYA INGIN PERNIKAHANKU SEDERHANA


“Apa kamu ndak bisa, menunda pernikahanmu setahun atau dua tahun lagi…??” Tanya Mak memecah kelembutan malam ini.

Kuhela nafas panjang. Mencoba sedikit merasakan dinginnya malam. Sedangkan pandangan mataku kubiarkan lurus ke depan. Entah apa yang kupandang, akupun tidak tahu. Rasanya aku tak ingin memandang apapun yang ada di hadapanku. Karena, apapun yang ada di sekitarku hanyalah sepi. Yang ada hanya suara candaan nyamuk yang berlalu lalang. Mencoba mencari mangsa. Sesekali ada suara jangkrik yang menelusup. Seakan tidak mau kalah ikut serta dalam orchestra. Membentuk nyanyian khas malam pedesaan yang terbiasa dengan kata sunyi.

 “Aku dan Isti telah bersepakat untuk menikah tahun ini, Mak…”
“Tapi Agung, kamu tahu kan Le,, Kalau menikah itu butuh dana yang ndak sedikit.”
Aku kembali terdiam. Bukannya tidak bisa menjawab pertanyaan Mak. Tapi, aku hanya ingin mencari jeda agar tidak ada perdebatan antara aku dan Mak.
“Tapi aku mencintai Isti Mak,,, Begitupun Isti. Juga mencintaiku…”

CERPEN : DIALOG MALAM



“Pokoknya ibu ndak setuju..!!! Titik…!!!” suara ibu meninggi.
Menatap satu demi satu orang-orang yang berada di hadapannya. Pertama Bapak, kemudian Hasyim, adek kandungku. Dan terakhir, pandangan matanya di tancapkan erat pada kedua mataku. Seakan ingin mengatakan bahwa ibu ingin menekankan ketidaksejuannya ini padaku.
            Reflek, aku menunduk. Tidak berani sedikitpun membalas pandangan mata ibu. Malaikat lembut yang sekarang duduk di hadapanku, kurasa berubah seperti pohon kaktus yang kaku.
“Bu… cobalah sedikit berfikir kalau…..” Belum sempat Bapak menyelesaikan kalimatnya, dengan sigap ibu memotong,
“Kita ini orang jawa. Mbok ya patuh pada adat jawa…!!!”
            Suara ibu semakin meninggi. Bahkan, Bapak yang kita kenal tegas di keluarga saja, kali ini terdengar sedikit mengalah.
“Dan kamu, Ratih…!!!”
Aku tetap menunduk, tidak berani sedikitpun memandang wajah Ibu. Meski Ibu menyebut namaku.
“Ibu ndak mau sekali lagi mendengar kamu memberi izin pada adekmu untuk menikah dulu….!!!”

CERPEN : THE BEST FUTURE IS HEAVEN

Senja kali ini tak berwarna jingga seperti biasa. Mendung yang menggelayut mengungkung langit. Ditambah asap knalpot kendaraan yang membungkus kota. Menjadikan abu-abu semakin pekat. Sinar matahari tak kuasa menembus mendung. Sepertinya nanti malam, hujan sempurna mengguyur kota.
            Aku merapatkan jaket. Udara sore semakin dingin menusuk tulang. Angin kecil sesekali menggelisik. Memainkan daun-daun yang terus menggoyang ranting.

“Kota ini masih seperti delapan tahun yang lalu….”
Celetuk Rasyid dengan senyum tipisnya. Suaranya remang. Terkalahkan dengan berisik angin menerpa daun-daun dari pohon rindang di sepanjang jalan. Pandangannya lurus memperhatikan lalu lalang kendaraan yang lewat. Sedangkan tangannya usil memainkan ujung pipet minuman.
Aku hanya tersenyum tipis menanggapi celotehannya. Sama sepertimu delapan tahun yang lalu. Batinku menjawab kecil. Pemuda matang berusia dua puluh Sembilan tahun ini sekilas menatap redup senyumanku. Tidak berani lama-lama menatap wajahku. Kamu bisa saja Kak…. Tatapan mata yang kutangkap seakan menjelaska kalimat itu.

“Setelah menikah, Kakak menetap di kota ini…????”

CERPEN : SETANGKAI CINTA ALI DAN FATIMAH


 "Ali, kalau kamu tidak segera melamarnya, bisa kupastikan Fatimah akan jadi milik orang lain…”
Suara Rangga geram melihat ekspresi mukaku seakan menyerah begitu dengan keadaan.
“Kamu mencintai Fatimah kan…????!!!”

Aku hanya mengangguk.

Hampir dua puluh tiga tahun aku mengenal Fatimah. Seorang remaja tanggung yang baru saja lulus SMA. Gadis manis anak Kak Mahmud, saudara sepupu laki-laki dari ayahku. Semenjak ayahku meninggal, Kak Mahmud memintaku untuk tinggal bersama keluarga ini. Semua biaya hidup dan pendidikanku juga Kak Mahmud yang membiayai.

Sejak aku tinggal disinilah, hari-hariku banyak kuhabiskan untuk bermain dengan Fatimah. Tidak hanya bermain. Tapi juga belajar. Fatimah yang aku kenal selama ini adalah gadis yang cerdas, sopan, shalehah, menurut pada orang tua, dan cantik tentunya. Gadis remaja yang santun dan tidak banyak bergaul dengan teman laki-laki.

Dari kecil, Kak Mahmud mendidik Fatimah dengan baik. Meski Fatimah yang aku kenal tidak banyak mempunyai teman laki-laki, tapi, bukan berarti Fatimah tidak banyak yang menyukai.

Kedudukan Kak Mahmud, ayah Fatimah sendiri adalah seorang ulama yang banyak mengisi kegiatan kajian di Masjid. Sudah tentulah Fatimah, seorang gadis yang cnatik, cerdas, sekaligus anak ulama ini banyak diincar oleh laki-laki di luar sana untuk menjadi istrinya.

“Tapi Rangga, apa aku pantas, menyimpan sebentuk perasaan cinta ini untuk Fatimah…????”

CERPEN : KESET DAKWAH

Aku berdecak kagum. Masjid depan rumahku terlihat megah dan indah. Masjid yang dulu berukuran kecil. Untuk menampung jamaah dengan masyarakat kampung yang terhitung cukup banyak. Sekedar jamaah shalat isya dan magrib saja, jumlah jamaah sudah sampai di serambi masjid. Apalagi jika digunakan untuk shalat idul Fitri. Jumlah penduduk bisa bertambah dua kali lipat. Karena, arus mudik dari kota berdatangan.
            “Alhamdulillah,,, Pak Ahmad yang menyumbang paling banyak untuk pembangunan masjid ini. Kira-kira sampai Sembilan puluh persen dari total biaya pembangunan masjid.”
            Sapa Bapak ketika aku sedang takzim memperhatikan kubah masjid yang terlihat kokoh.
Sembilan puluh persen?. Aku tertegun mendengarnya. Bagiku, jumlah sembilan puluh persen adalah angka yang cukup fantastis jika dilihat dari bangunan masjid yang jauh lebih indah jika dibandingkan dua tahun yang lalu.
            “Selebihnya, kita mintakan sumbangan dari masyarakat sekitar.”
            Bapak kembali melanjutkan penjelasannya.

CERPEN : PENGANTIN PALESTINA

      Gadis berkerudung yang lumayan cantik. Postur tubuh tinggi semampai, berkulit putih, alis yang tebal dan rapi, hidung mancung serta lesung pipi terlihat menarik saat dia sedikit saja tersenyum. Diskriptif yang pas untuk seorang gadis has timur tengah yang ada di depanku sekarang.
            “Maaf Kak… Kalau Shofia ganggu kakak dan keluarga kakak di sini….”
Suaranya lembut. Bahasa Indonesia yang cukup lancar meski bercampur dengan sedikit logat arab. Aku tersenyum hambar. Makan siang di sela-sela kesibukan kantor seharusnya membuatku berselera. Apalagi ditemani seorang gadis secantik ini.
            “Kabar ibu bagaimana…?”
Sedikit kulirik kulihat Shofia dengan pandangan sinis. Ibu? Apa urusanmu menanyakan ibu?. Pandangan yang cukup sedetik. Kemudian, kualihkan kembali pandanganku pada es campur yang kuaduk tak berselera. Ah,,, seandainya ada Erik di sini. Teman sebelah bangkuku di kantor yang suka jahil. Pasti dia akan berseru,
“Fatur…. Ternyata, kamu laki-laki juga. Masih berselera dengan perempuan. Mmmmm… lumayan cantik…..”
Atau,,,,
“Ternyata seleramu tinggi juga, Rik… tiga puluh tahun lebih menjomblo, akhirnya kamu mendapatkan gadis secantik ini…”
Atau, kalimat-kalimat ledekan lain yang membuatku tak berselera untuk menanggapi. Nasib tragis perjaka yang belum menikah.
“Ibu baik.”
“Najwa Kak…?”
“Masih kuliah. Semester akhir.”
“Syukurlah…”

CERPEN : DeJaVu

“Kau bilang saja.! Sebenarnya apa maumu? Hah?!”

Suaraku meninggi. Jelas sekali aku tidak suka dengan kehadiran laki-laki tua yang entah
dari mana asalnya dan apa tujuannya itu. Yang pasti, beberapa menit yang lalu
tiba-tiba dia ada di hadapannya mengganggu waktu tidur sakralku.

            Tapi sayang.! Suara amarahku yang meninggi itu tak bisa juga menghentikan kekehan tawanya yang terdengar sangat menyebalkan.

            “Kau tanya apa? apa mauku? Hahaha…. Kau salah anak muda.! Justru aku yang harus bertanya itu padamu.”

            Aku menghembuskan nafas kesal.Benar-benar kesal. Sebal sekali. Memangnya dia pikir siapa dia?.  Laki-laki tua berjubah putih, berambut putih, berkulit agak putih dan berjenggot lebat dengan warna putih juga.

            “Apa yang kau lakukan baru saja anak muda?”

CERPEN : SILUET SENJA DI PELABUHAN SUNDA KELAPA

Anggi.?

Langkah kakiku terhenti. Saat mataku menemukan sesosok gadis berambut panjang yang duduk di buritan sebuah kapal.

            “Anggita….”

            Aku memanggilnya sekali lagi. Memastikan, bahwa gadis kecil berambut panjang itu adalah Anggita. Adik tiriku yang sering kupanggil dengan nama panggilan ‘Anggi’.

            Anggi menoleh. Seharusnya dia terkejut. Seharusnya sorot matanya mengatakan sebentuk rasa keheranan, kenapa aku bisa menemukannya di sini?. Tapi tidak. Sorot matanya terlihat datar. Tak ada ekspresi apapun di wajahnya ketika dia menatapku.

            Angin pelabuhan bertiup rendah. Memainkan ujung rambut hingga membuatnya sedikit berantakan.

            Aku memutuskan duduk di sebelah Anggi. Mengikuti tatapan matanya yang menatap lekat jingganya senja di ujung barat.

CERPEN : CINTA AYU RIMBI

  “Kenapa kau rimbi? Aku lihat sedari tadi kau melamun saja?”

Merasa Tuan Putri Dyah wiyat memperhatikan tingkahku, bergegas aku mencoba fokus lagi dengan kerjaanku menata rambut Tuan Putri.

            “Ampun Tuan Putri. Hamba. . . .”

            Tuan Putri tersenyum kecil. Senyum yang sangat santun. Senyum khas putri kerajaan Majapahit yang datar. Tidak terlalu berlebih. Juga tidak tekesan sinis.

            “Kau teringat lagi dengan Kakang Gajah Mada?”

            Sontak aku tak bisa menyembunyikan wajah bersalahku karena tertangkap basah tidak berkonsentrasi terhadap tugas yang harus kukerjakan. Menata rambut Tuan Putri Dyah Wiyat. Sebuah kerjaan yang kulakukan setiap dua hari sekali. Pagi ketika Tuan Putri baru saja selesai mandi sebelum Tuan Putri menghadap Baginda Prabu Sri Jayanegara. Dan sore ketika Tuan Putri kembali lagi ke kaputren sekar kedaton Bre Kahuripan.

CERPEN : IBU, SEBUAH BUKTI CINTA TANPA KATA CINTA

Ramadhan hari - 1

            Hening Di Ujung Senja.

            “Pak, sudah dapat kabar dari Wisnu? Lebaran ini mau pulang apa ndak?"

            Suamiku diam tak membalas. Justru malah asik menyalakan lampu teplok yang hampir habis minyaknya. Tapi aku tak peduli dengan diamnya.

            “Katanya, Wisnu lebaran ini mau pulang.”

            Aku terus bertanya bahkan seandainya suamiku tak mau menjawab.

            Lampu teplok menyala lembut. Sedikit menerangi kerjaku menyiapkan menubuka puasa di dapur. Seperti biasanya. Suamiku selalu meminta dibuatkan air cincau manis. Campuran dari segelas air putih, sedikit cincau hitam dan duas endok gula putih. Campuran air cincau yang terasa dingin menyegarkan ini cukup untuk mengganjal perut suamiku saat mengerjakan shalat magrib sebelum menyantap menu makan utama.

            “Ndak tau, Bu. Berdoa saja. Semoga Gusti pangeran mengabulkan.”

            Pendek. Tak banyak retorika. Namun cukup membuatku terdiam.

            “Lima menit lagi adzan. Bu.”